Banyak yang menanyakan mengenai kisah Mbak Fa lahir. Sebenarnya kayak mimpi kalau mengenang lagi masa-masa itu.
Mbak Fa lahir di pekan ke 41 usia kandungan. Pas mundur sepekan dari prediksi bidan. Melahirkan di bidan bukanlah harapanku sedari awal. Dulu pengennya, lahiran di rumah saja dengan gentle birth habis itu praktekin lotus birth deelel. Tapi Alloh Maha Baik. Sebagai seorang PNS baru dan ditempatkan daerah yang tertinggal maka proses kelahiran Mbak Fa adalah sebuah kemudahan yang Alloh siapkan untuk kami. Solok Selatan adalah salah satu kabupaten tertinggal di Propinsi Sumatra Barat. Kami tinggal di ibukota kabupaten yang selayaknya memiliki fasilitas kesehatan yang mumpuni. Tapi apa mau dikata, ternyata disini adanya bidan desa dan sebuah puskesmas sederhana. Sedangkan untuk menuju rumah sakit terdekat harus menempuh jarak 35 km dengan jalanan yang masyaAlloh. Pernah suatu kali kami berniat USG di rumah sakit tersebut, sudah satu jam perjalanan dari rumah eh setelah sampai ternyata dokter kandungan hanya datang hari rabu dari jam 10 s.d jam 2 siang. Kami datang hari rabu jam setengah satu siang. Saat itu pendaftaran sudah ditutup. Nyesek juga yah. Mungkin belum rezeki kami. Ya itulah sedikit gambaran fasilitas kesehatan disini.
Mbak Fa sempat merasakan di USG selama dalam peyut Ummi terakhir ketika usia 8 bulan di Padang. Saat itu, mbak Fa sudah posisi bagus. Dia nelungkup dengan posisi kepala dibawah dan menghadap ke punggung Ummi. Baiklah Nak, kita main surprise-suprise-an nih ceritanya. Oke deh. Ummi dan Abi diajak pasrah, mau akhwat atau ikhwan yang penting sehat. Bener juga, menjelang hari H yang saat itu diprediksikan tanggal 3 Juli 2013, jenis kelamin sudah tak menjadi pikiranku. Yang penting ndang lahir.
Seorang teman mengenalkan aku dengan sebuah grup FB yang sangat menginspirasiku untuk lahiran normal. Namanya GBUS (Gentle Birth Untuk Semua), dan alhamdulillah semangat dan info2 disana sangat membantuku untuk yakin pada proses kelahiran mbak Fa.
Kami sudah ikhlas dan plong saat melepas kepergian ortu yang sudah sepekan menanti kelahiran Mbak Fa yang ternyata tak kunjung lahir. Kakung, Uti, Engkong dan tantenya memang sengaja kami datangkan ke Solok Selatan, mengingat diriku masih gamam jadi Ibu baru. Tentunya dengan pertimbangan nanti kaloau lahiran di Jawa harus boyongan bawa bayi merah naik pesawat. Ooow...aku belum berani dan cukup ilmu saat itu. Jadinya keluargalah yang datang jauh2 dari Jawa dan pulang dengan kabar hampa, sang cucu yang ditunggu-tunggu belum lahir. Oya, mereka di Solok selatan selama sepekan (30 Juni - 6Juli) dan Mbak Fa lahir tanggal 10 Juli. Tapi kami terutama aku sih santai saja. Ya itu, karena Alloh telah menggariskan jalan hidup sekaligus cara lahir tiap manusia. Kita sebagai Ibu hanya sebagai perantara saja, jadi bismillah saja lah. Nanti juga lahir.
Yang penting tidak stress.
Selama hamil kami tidak pernah menuruti mitos/ keyakinan2 yang belum ada dasar ilmiahnya. Kami tetap menjalani hubungan suami istri semenjak awal kehamilan sampai bener2 enganged. Tidak seperti mitos minang yang katanya gak boleh sering2 berhubungan saat usia2 hamil muda. Aku juga makan sate kambing dan buah durian. Buah kesukaanku. Aku juga makan sambal. Apalagi masakan minang kebanyakan pedes, pas banget dengan kesukaanku. Alhamdulillah Mbak Fa sudah terbiasa dengan makanan2 itu dari semenjak dalam kandungan. Yang penting makanlah secukupnya dengan tidak melupakan kebiasaan muslimah yaitu makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Selama hamil kami tidak mengonsumsi obat-obatan kecuali terpaksa. InsyAlloh sampai detik ini aku yakin bahwa Alloh menciptakan tubuh kita dengan mesin2 yang luar biasa baiknya. Apalagi beberapa konspirasi missionaris dalam mencampuri dunia kedokteran membuatku takut untuk main nurut suntik menyuntik obat/ imunisasi. Alhamdulillah Mbak Fa sehat tanpa itu semua dan karena Alloh Yang Maha Manjaga kita semua. Yang sangat kusuka saat hamil adalah sari kurma dan susu. Untuk madu aku kurang suka saat itu. Mungkin bawaan bayi, halah...:-p
Selama hamil aku rajin stretching. Ngangkangin kaki kanan dan tekuk kaki kiri. Bolak balik kek gitu. Palagi stelah masuk bulan ke 8. Alhamdulillah kami tinggal di daerah kebun teh, jadi hampir tiap minggu kami jalan2 ke kebun teh. Menghirup udara segar, suasana yang sangat kami rindukan setelah 5 tahun tenggelam bersama polusi di Jakarta. Selain itu, beberapa olahraga ringan yang kubiasakan saat hamil adalah:
- Ngepel lantai sambil merangkak sampai usia kehamilan 8 bulan setelah itu ngepel sambil jongkok (cukup males sih sebenernya, tapi y itu bagus untuk Mbak Fa kenapa nggak?)
- Rajin jongkok berdiri-jongkok berdiri bolak balik sesering seadanya kesempatan
- Senam-senam ringan supaya badan gak kaku, dan ternyata bermanfaat banget karena 1 minggu pertama setelah melahirkan kita diharuskan bedrest dengan posisi2 yang lurus2 aja kakinya, tentu bikin kaku dan pegel kalo gak biasa olahraga.
Sederhana bukan? Lepas dari semua ikhtiar itu, satu hal yang penting adalah
komunikasi dengan calon bayi. Aku sering ngajak Mbak Fa ngaji bareng, murojaah bareng, ngrajut topi bareng, ajak ngomong si cadebay sesering mungkin. Dia akan meresponnya, yakin dah...
Dan Alhamdulillah ini dia hasil ikhtiarku selama 10 bulan 1 minggu, juga dengan segenap doa dan perjuangan suami serta keluarga semuanya...
Lahirlah
‘Athifah Syauqiyatu Wardah dengan berat badan 3, 85 kg dan panjang 53 cm dengan selamat, normal dan TANPA JAHITAN. Alhamdulillah...
Mbak Fa lahir dengan ketuban yang pecah setelah pembukaan lengkap dan akhirnya dipecahkan oleh bidan karena kayaknya dia bobo saat mau lahir. Waduh, kebiasaan Umminya nih..