Hari ini pak Kasie produksi izin untuk memenuhi jadwal wawancara lelang jabatan pengawas tingkat BPS Propinsi Sumbar. Dikabarkan pula lepas acara tersebut beliau harus segera ke Jogja untuk menjenguk anaknya yang sedang sakit.
Kehidupan adalah pilihan. Sekali lagi Alloh tunjukkan pada kami bahwa setiap keputusan selalu ada konsekuensi di dalamnya dan hamba yang beruntung adalah yang mampu mengorek hikmah di setiap pengalaman hidupnya.
Akupun kembali belajar dari kepala seksi di kantor kami. Beliau orang Padang Panjang dan beristri seorang dokter. Statistisi dan dosen (sarjananya kedokteran), awal kutau latar belakang istrinya terbersit, wah pasangan yang sibuk. Karena aku tahu bagaimana padatnya seorang kasie di kantor statistik dengan beragam kegiatan addhock yang menguras keringat, plus kasieku juga merangkap sebagai PPK. Belum lagi sang istri yang berprofesi sebagai dosen. Dan kebahagiaan yang bersambut rasa takjubku "saat itu" adalah kasieku ini mengizinkan sang istri untuk melanjutkan kuliah keprofesian di luar kota. Bahkan luar pulau. Satu di kaki gunung kerinci satu lagi kaki gunung merapi. Sebuah pilihan hidup yang perlu kuacungi jempol. Merawat si kecil yang seumuran dengan kembar kami, plus belajar untuk kuliahnya.
Tapi ketakjubanku menghilang sesaat. Ketika kudengar bahwa anaknya sakit. Pengasuh yang biasanya menemani sang istri di Jogja tiba2 kabur. Innalillahi... Alloh tengah mengangkat derajat mereka jika bisa lulus dari ujian kali ini. Untuk menjadikan mereka pasangan yang tangguh. Karena ke depan mungkin akan banyak momen keluarga yang teralihkan dengan kesibukan keduanya. Terutama sang istri. Bagaimana beliau memenej urusan anak-suami-rumah-mahasiswa(kalau tetap mengajar).
Dulu atau bahkan sekarang masih selalu terngiang-ngiang di pikiranku. Kuliah lagi. Kalau bisa sekalian keliling dunia. Menemukan serpihan hikmah di negeri orang bersama keluarga. Nampak indah impian itu. Tapi pas dicurhatin sama Mas. Beliau bilang, sepertinya sulit tapi insyaaAlloh bisa kalau sekedar kuliah lagi. Cuma untuk ke luar negeri, beliau masih ragu. Ah...mimpiii...
Tapi apapun itu,masih ada 2 tahun lagi sampai kesempatan apply itu datang. Sekarang belajar aja yang banyak. Itu kata beliau. Tika....tikaa.... lulus aja belum tentu udah sok2an merencanakan. Itukan juga harus lulus beasiswa.
Namun, jikalau dihubungkan dengan kejadian kasie-ku itu... Aku akan lebih memilih kebersamaan dengan suami dan anak-anak saja. Menata anak-anak menjadi pribadi sholihah dan mandiri juga cerdas. Bukankah itu lebih mulia dibandingkan dengan menjadi sarjana magister dari kampus luar negeri? Kalau mimpiku itu diijabah, bukannya malah akan banyak dilema. Gimana sekolah anak2. Anakmu bukan satu Tika! Tapi t.i.g.a (sampai saat ini ya, belum tau tahun depan kalau masih dipercaya Alloh jadi nambah). Gimana adaptasi anak-anak. Gmn bagi waktunya belajar kuliah rumah anak-anak belum suami. Tp banyak kok yang sukses tuh... anak2 sholih/ah, kuliah lulus cumload suami karier lancar dam keluarga sakinah. Duh tik.... ngapain pusingin sekarang. Sekarang mah mending banyak2 pdkt sama Alloh supaya anak-anak bisa jadi hafizhoh, cerdas dan pribadi yang mandiri. Aamiiin.... Apapun dan bagaimana Alloh akan menempatkan hamba yang dina hina ini, maka itu pasti yang terbaik dan smg kita termasuk hambaNya yang sellau bersyukur. Alhamdulillah 'alaa kulli hal :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
NHW Tahap Ulat: Pekan 6
Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...
-
Bismillah... Memasuki pekan ke-5 semakin seru dan makin "ooo... iya juga yaa" atau "ooh ternyata itu ada ilmunya ya..".....
-
Suara adzan bertalu bergilir. Entah berapa makhluk Allah yang telah merasakan ketenangan keteduhan dan kedamaian dari lantunan syurgawi ini....
-
Duhai Athifah, kasih sayang Ummi membersamaimu serasa singkat sekali tak terasa sudah 10 tahun lebih kamu menghiasi hari-hari Ummi Mbak Fa, ...
Tikaa, pas baca tulisanmu ini trus tergerak baca blog yang tika ikutin yang mb Dewi yang lagi S3 itu, hehee, makasih banyak ya Tikaa, aku jadi nyasar ke blog mbak2nya, sama2 lagi bahas tentang kuliah sama kaya Tikaa.... Kalo aku kok berasa stagnan banget ya pasca lulus STIS, hehe, terlalu slow gak jelas, haa
BalasHapusSama2 mbakyu...
BalasHapusSlow jg kok... kita kan kernet, sopirnya y suami. Jd kita memotivasi sj hehe... klo unt akunya yg kuliah lg. Hmm,... buanyak pertimbangan sepertinya.
Wah akhirnya kalian duluan yg kuliah lagi.. Barokallohu fiik mba Endri & suami.. Smg lancar ya kuliah, keluarga & segalanya. Aamiin. Doakan kami menyusul yaa
BalasHapus