Selasa, 31 Mei 2016

Qona'ah

Alhamdulillah ‘alaa kulli hal...
Sepertinya kalimat tersebut terasa hambar selama beberapa pekan terakhir. Terasa kering dalam kegalauan diri. Ya, saya masih terus belajar. Mengenai qona’ah itu... Dua pekan lalu anak-anak demam diikuti suami. Dan dalam kepenatan rutinitas tersebut ada peristiwa yang menghantam batin ini. Saya teriak. Kalaupun ini babybloes apa iya sampai anak sudah 19 bulan saya baru mendapat babybloes? Hingga akhirnya saya menangis sejadi-jadinya. Menyesali sampai tertidur dalam dekapan si kembar. Seminggu kemudian semua membaik, alhamdulillah. Dan Alloh kembali menguji melalui ingatanku ke tabungan kami. Alhamdulillah sudah cukup untuk mendaftar haji reguler kami berdua. Setelah saya pikir-pikir lagi, dengan pengeluaran untuk keluarga di jawa dan sehari-hari kami insyaaAlloh masih bisa kami menabung untuk haji. Segera saat itu juga saya sampaikan proposal permohonan pendaftaran haji reguler. Suami agak ragu tapi saya ngotot dengan 1001 alasan. Finally beliau setuju dengan syarat (kayak instansi kami yg tahun ini WDP) hahaha... syaratnya adalah saya menyiapkan apa saja syarat dan prosedurnya. Kami searching dan segera menghubungi kemenag kabupaten kami. Keterkejutan kami ternyata haji reguler di kemenag kami melalui BPS BPIH dari bank Nagari konvensional. Dan keterbatasan akses disini, ternyata tidak ada fasilitas bank syariah. Astaghfirulloh... Suami pun membantu saya mengitar-itar “kota” muara labuh sekitar 35km dari rumah. Disanalah pusat peradaban Solok Selatan. Bukan ibukota tapi pengembangan infrastruktur dan ekonomi yang lebih maju. Sabar Ummi... Mungkin Alloh meminta kita untuk lebih banyak ibadah sosialnya dulu. Singkat kata suami, “Ummi sudah tau apa konsekuensi transaksi dengan bank kan?” Seketika saya menunduk... Sudah tak perlu dijelaskan.
Qona’ah. Apa relevansinya dengan tulisan di atas? Ya, sulit dijelaskan lewat kata-kata. Semua terjadi dalam serangkaian “sakit hati” dan lemahnya iman saya. Menuntut sesuatu di luar kemampuan kita. Entahlah... mungkin tepatnya semua ada waktunya. Keinginan baik juga ada timing-nya. Dan skala prioritas itulah yang harus diterapkan. Bersyukurlah dengan segala kondisi kita saat ini. Bukankah kita hanya disuruh taat? Syurgamu ada di ridlo suami. Seperti waktu itu, ketemu developer di Purwokerto yang tanpa perantara Bank. Sudah cocok dengan harga, luas dan lokasi. Sampaikan proposal ke suami. Eh, seminggu kemudian ortu di Jawa butuh dana mendadak.
Alhamdulillah ‘alaa kulli hal. Semoga Alloh senantiasa mengaruniai kita rasa qona’ah. Tidak qona'ah itu terkadang ia datang dengan sangat halus. Melalui permintaan2 yang nampak syar’i tapi mungkin time-nya kurang tepat.

Untuk teman-teman yang dikaruniai rezeki dan akses kemudahan2 dalam beribadah maka bersyukur dan bersegeralah menjemput keberkahan amalan.
*) Sedih ya... kenapa sih BPS-BPIH harus lewat bank? Memang bank syariah juga bisa tapiiii...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NHW Tahap Ulat: Pekan 6

Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...