Bismillah... ba'da tahmid was sholawat. Smg Alloh lapangkan kesabaran dan barokah dsetiap hela nafas kita. Puji syukur masih diberi kewarasan dlm menjalani aktivitas hari ini.
Hari libur namun tetap ke kentor untuk upacara peringatan kebangkitan pancasila. Alhamdulillah dihari perdana ini sy memang masih blm fokus benar mana tantangan yg harus sy tuntaskan terlebih dahulu. Namun peristiwa ketika upacara pagi tadi menjadi ladang sy belajar slh1 tantangan #komunikasiproduktif kali ini.
Saya adalah sosok pencemburu tingkat tinggi. Ada sebuah kejadian diluar kendali kami sehingga suami dtugaskan mengerek bendera bersama seorang permpuan dan seorang kawan laki-laki. Karena basic beliau yg paskibra dan kawan perempuan yg memang baru kali pertama sbg pengerek bendera, maka suami bertugas melatihnya. Saya yg lagi baper seketika menangis melihat suami melatih melipat bendera supaya ketika hendak dikerek posisinya tepat. Entah mengapa sy benci jika beliau berinteraksi dg perempuan single. Entah babybluse atau apalah. Lagi-lagi sy diuji dg emosi cemburu ini. Meski ini benar2 hanya terjadi ketika di kantor. Setelah dlm perjalanan pulang, sy peluk erat beliau.
Sepulang di rumah sy mencoba menerapkan _clear and clarify_ ke suami. Dan meminta solusi supaya sy tdk cemburu buta. Rasanya cukuplah di rumah sy diduakan dg kehadiran 3 anak perempuan kami. Sy bukan lagi wanita tercantik dihadapan beliau ketika di rumah. Ada anak2 kami. Apalagi jika ada interaksi beliau di kantor dg pegawai perempuan lain-apalagi klo single-. Padahal semua dilakukan beliau sebatas tugas saja. Astaghfirulloh...
" Bi, Ummi kambuh nih cemburunya. Bagaimana ya?" Sy mengawali pembicaraan.
"Mungkin ummi letih. Lain kali ditahan lagi karena raut muka udah beda banget" jawab suami.
Suami memang jaraaaang sekali memuji atau membuatkan puisi/pantun seperti dulu tatkala pengantin baru. Kalaupun sekarang beliau memuji tdk ada gombalannya. Logis simple apa adanya. Bertolak belakang dg harapan mendapat jawaban yg berbeda. Hehe..
Masalah cemburu ini menjadi masalah psikis sy. Yang kata suami harus bisa saya taklukan sendiri. Apakah itu benar? Mungkin sy butuh waktu untuk memahaminya. Untuk menebalkan rasa syukur dan rasa percaya pada beliau.
Setidaknya siang tadi sy sudah berupaya untuk secara gamblang menjelaskan masalah saya dan mentabayunkan ke beliau. Pendewasaan dan muhasabah adalah solusi terbaik saat ini.
Semoga Alloh menambah keberkahan pada keluarga kami. Memberikan kesakinahan sampai ke syurga. Smg Alloh jadikan saya bidadarinya di dunia sampai kelak di syurga.
***
Lalu anak-anak.. saya ceritakan besok insyaaAlloh krn episode hari ini blm antiklimaks. Saat sy mengetik ini sembari kaki mengelus2 punggung Rayfa dan tangan kiri melerai Iffah vs Fayra yg berebut kawasan tidur di kasur. haha.. Heboh tanda anak sehat. mari kita syukuri... smg bermanfaat...
#Level1
#Day1
#Tantangan1
#KomunikasiProduktif
#Bunsayiip
Jumat, 02 Juni 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
NHW Tahap Ulat: Pekan 6
Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...
-
Bismillah... Memasuki pekan ke-5 semakin seru dan makin "ooo... iya juga yaa" atau "ooh ternyata itu ada ilmunya ya..".....
-
Suara adzan bertalu bergilir. Entah berapa makhluk Allah yang telah merasakan ketenangan keteduhan dan kedamaian dari lantunan syurgawi ini....
-
Duhai Athifah, kasih sayang Ummi membersamaimu serasa singkat sekali tak terasa sudah 10 tahun lebih kamu menghiasi hari-hari Ummi Mbak Fa, ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar