Kamis, 01 Maret 2018

Pic Sesion dan Anak-Anak

Bulan Februari sudah hampir menutup diri, kurang dari 5 jam lagi. Dan saya masih merenungi kepadatan pekerjaan kami. Belum usai pendataan Survei Angkatan Kerja, menatap sampel Survei Konversi Gabah ke Beras, sementara WA dari petugas pencacah Survei Sosial Ekonomi Nasional belum terbaca. Sebelumnya saya menanyakan kapan pendataan perdananya. Besok adalah hari pertama pencacahan survei tersebut dan saya salah satu pengawasnya. Masih sembari menahan nafas, saya melirik ke ujung meja, di sana selembar form biodata peserta pembinaan teknis seksi statistik Produksi menampilkan data saya di atasnya. Ahad pekan ini pelaksanaannya. Allahu akbar! Belum sampai di sini, ternyata masih ada seberkas proposal Training Motivasi Persaudaraan Muslimah (Salimah) yang harus saya edit.

Masih di kamar yang sama saya mengetikkan ini, ada tiga bidadari yang sedang asyik bermain, tetiba berhenti dari kehebohannya. Mata mereka menangkap kerisauan saya. Si sulung bertanya, "Ummi kenapa?"

"Mba, maafkan Ummi ya Nak. Ahad Ummi harus ke Padang lagi, sepekan.", jawab saya dengan mata menahan tangis. Robbi...

"Emm.. Ummi sendiri atau sama Abi perginya?"

"Kali ini Ummi sendiri Mba." senyum terkembang di wajah polos itu.

"Oo.. Sepekan itu berapa hari Mi? Tiga hari atau lima hari? Abi di rumah kan? Mba Iffah ga apa-apa kalau masih ada Abi atau Ummi di rumah. Mba Iffah sedih kalau Ummi pergi, tapi kan Abi di rumah. Mba Iffah masih bisa bobo sama Abi. Ummi kerja ke Padang? Supaya Allah ridlo sama rezeki kita?", saya diberondong pernyataan panjang dan lebar.

Tak terasa air mata ini menetes. Saya sadar peran saya madrasatul 'ulaa di rumah ini. Saya yang masih belajar menjadi ibu, masih acap terbawa perasaan dengan realita sebagai working mom. Masih sering terlintas, bagaimana caranya supaya saya bisa tawazun? Anak-anak, kalian amanah utama Ummi. Maafkan Ummi ya Nak...

Suatu ketika pak suami berkata, "Ummi perbanyak jam terbang. Nanti kalau sudah tau ritmenya insyaallah bisa dihandle itu." Ini bentuk dukungan atau hentakan ya? Beliau memang obat penenang saya. Beliau yang meyakinkan saya ketika datang surat pelantikan saat kami tengah liburan. Kata beliau, titipkan saja anak-anak ke Allah. Kita ikhtiar semaksimal mungkin manfaatkan waktu bersama anak-anak. Menambah kuantitas dan kualitas kebersamaan kami.

Ah iya, sombong sekali diri ini. Ada Allah SWT yang menjaga mereka dengan sebaik-baik penjagaan. Toh, amanah di kantor ini adalah bagian dari konsekuensi kesepakatan jauh sebelum anak-anak lahir. Konsekuensi bekerja di instansi ini, konsekuensi dari wujud birrul walidain 11 tahun silam. Saat tangan ini menandatangani surat perjanjian ikatan dinas di sebuah kampus kedinasan tempat kami menempuh pendidikan sarjana. Lalu, bertahannya saya di sini pasti ada hikmahnya.

Allah adalah sebaik-baik penentu takdir. Walau hikmah itu kadang saya sadari atau tidak, tapi saya yakin tidak ada sehelai daun jatuh tanpa ridloNya. Begitu pula kenyataan hari ini. Bahwa anak-anak harus belajar dengan hiruk pikuk pekerjaan orang tuanya. Semoga kelak mereka bisa memahami dan lebih bijak dalam mengambil keputusan. Semoga kelak mereka memahami bahwa setiap pilihan diiringi konsekuensi. Bahwa dibalik setiap rezeki (apapun itu) pasti ada pengorbanan untuk meraihnya.

Jalani saja Mi, nikmati prosesnya.. Ini pesan suami yang selalu membuat tenang.

Karena Allah tidak akan membebani hambaNya melebihi dari kemampuannya.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

QS. at Taubah:105

_Umma Fayala_

#PerempuanBPSMenulis

#MenulisAsyikdanBahagia

#15HariBercerita

#Harike14

1 komentar:

  1. Tika ini yang anaknya kembar ya Dek? masyaallah terharu baca kisahnya. Semoga Allah kuatkan, mudahkan ya. amin. :)

    BalasHapus

NHW Tahap Ulat: Pekan 6

Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...