Minggu, 18 Februari 2018

Seminar WAG Kepenulisan bersama Mba Tasmilah,S.ST

Menulis. Dahulu saya kira menulis ini hanya sekadar corat coret. Sempat ketika SMA saya kesetrum untuk menulis. Ya, sekedar menulis fiksi untuk ditulis dan dibaca sendiri. Saya malu sekaligus minder. Lalu, ketua keputrian ROHIS SMA kami memberi semangat dengan teladannya. Beliau sudah hampir merampungkan novelnya ketika kami akan menghadapi ujian nasional. Bahkan ketika itu kami sepakat membuat nama pena. Nama pena itu masih melekat sampai di blog ini. Hihihi...

Waktu pun berjalan. Saya kehilangan keasyikan menulis apapun. Sebenarnya semasa kuliah, saya sudah mengetahui bahwa kakak-kakak tingkat saya banyak yang keren dalam hal menulis. Saya pun membeli karya mba Nurin dan mas Budi yang kala itu membuka mata saya bahwa kami tidak terkungkung oleh rutinitas. Mereka yang masih nampak di hadapan saya bisa menerbitkan sebuah buku! The real actor! Meski mata terbuka namun ternyata saya belum bangun. Hehe... Jadi ngelindur ya Tik?

Sampai tibalah saya memasuki lembaran baru dalam biduk pernikahan sekaligus zona bekerja. Menulis masih saja byar pet seperti kondisi listrik di Kabupaten kami mengabdi. Kadang muncul semangat membara. Namun acap luntur dengan rutinitas. Alhamdulillah sekitar setahun yang lalu, saya berjumpa dengan komunitas Ibu Profesional bimbingan Ibu Septi si JariMatika. Dalam komunitas tersebut kami dituntut tidak sekedar praktik parenting namun juga menuliskannya. Saya pun bisa bertahan mulai kelas Matrikulasi sampai Games ke-2 Kelas Bunda Sayang. Kehidupan kantor yang memaksa saya untuk menjadi kasie sekaligus mengurus 3 balita yang semakin kreatif membuat saya kembali stagnan. Ah, ini hanya pembenaran saja. Yang tepat adalah saya belum expert dalam managemen waktu. Tulisan2 dalam draft itu tenggelam dengan kesibukan kantor yang membuat saya terlambat dalam menyetor tulisan. Biasanya satu games harus diselesaikan dalam 20 hari dengan jumlah tulisan minimal 10 hari. Ditengah jadwal tersebut seringkali bentrok dengan jadwal dinas luar atau dateline pekerjaan lainnya. Akhirnya bulan lalu saya memilih cuti dari Kelas Bunda Sayang. Menyesal. Saya bertekad memperbaikinya dengan mengikuti Kelas Bunda Sayang di term berikutnya. InsyaAlloh..

Diperjalanan selanjutnya, Alloh mempertemukan saya dengan Mba Nurin (masih sama orangnya dengan nama yang saya sebut sebelumnya). Mba Nurin mengajak seminar WAG dengan bapak penulis senior di instansi kami. Beliau adalah Pak Iswadi Suhari. Sebagai founder, mba Nurin memberi hastag sekaligus untuk WAG kami dengan nama #PerempuanBPSMenulis. Subhanalloh, Sungguh betapa sayangnya Alloh kepada saya. Saat semangat menulis itu memudar, Alloh hadirkan teman-teman yang dengan senang hati memberi semangat dan ilmunya dalam menulis.

Melalui komunitas menulis kali ini, saya seperti tertampar keras. Saya merasa banyak kawan seperjuangan yang ingin bangkit menjadi penulis yang lebih bermanfaat. Mereka satu instansi dengan saya, satu tujuan, mirip juga kesibukannya dengan saya. Terlebih kemarin, #PerempuanBPSMenulis kembali mengadakan seminar kepenulisan online bersama seorang Ibu Produktif. Tidak sekedar produktif dalam melahirkan anak (ups..) namun produktif menulis! Saya kembali terjerembab dengan tamparan keras. Hai Tika! Itu tengok, Mba Tasmilah sudah 69 opini dalam 2 tahun! Kamu nulis di blog doang gak konsisten! Seolah mata hati saya berteriak demikian.

Mba Tasmilah dengan kelima putra-putrinya, bekerja di instansi yang padat pekerjaan lapangan maupun di kantor, masih bisa konsisten dengan tulisan-tulisannya dalam bentuk opini di beragam surat kabar lokal maupun nasional. Allohu akbar!

Ada bagian penting yang saya beri bintang untuk menjadi pelecut ketika saya badmood menulis.

Mba Tasmilah bertutur,

Saya tidak punya waktu khusus untuk ini itu, ngalir saja. di kantor saya kerjakan pekerjaan kantor. di rumah tidak membawa pulang kerjaan. pokoknya kalo di rumah udah pegang anak. baca-baca beritanya sambil negloni anak itu tadi, karena kalo ngeloni anak kan tidak bisa disambi dengan pekerjaan lainnya. nulisnya di akhir pekan, sabtu atau minggu sampai jam 9. itupun sambil ngawasi anak-anak main juga.kao ga selesai juga ya nanti dilanjut lagi, yang penting ada sedikit yang saya tulis.
pernah saya bilang ke suami, enak banget ya bapak2. banyak banget waktu luangnya tidak digondeli anak2, ehh doi bilang tidak semua yang punya waktu luang juga akan menulis. contohnya aku (suami) sendiri.

Tuh kan Tika. Keluhan, grundelan, serta 1001 alasan menjadi mentah dengan keteladanan yang diberikan mba Tasmilah. Sekarang, itu semua bukan menjadi penghalang lagi untuk menulis. Nikmatilah masa-masa menulis. Perbanyaklah membaca. Tengoklah BRS-BRS hasil kerja instansimu, Tika! Cintailah pekerjaanmu dengan menulis. Ungkapkanlah angka-angka yang sudah teman-teman perjuangkan di lapangan dengan bahasa yang baik supaya ilmumu lebih luas manfaatnya. Ah, saya pun tidak bisa menjanjikan seberapa istiqomah diri ini dalam menulis. Saya hanya bisa belajar, berlatih dan banyak membaca. Semoga Alloh menguatkan azzam saya dalam menulis. Aamiin.

Kepada mba Tasmilah.. Jazakillah khoiiron katsir, konsistensi mba Tas menjadi pelecut semangat kami. Menepis segala ketidakmungkinan yang selama ini menghalangi saya dalam menulis. Semoga Alloh memberkahi keluarga dan ilmu mba Tas.

Kepada anak-anak saya tercinta, Fayala...

Seperti surat yang sedang mba Fa hafalkan 2 pekan terakhir...

ن ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ

Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan

Menulislah Nak..

Jangan bosan membaca.

Belajarlah dari apa yang kalian baca.

Barokallohu fiikum :*

 

_Umma Fayala_

#PerempuanBPSMenulis

#MenulisAsyikdanBahagia

#15HariBercerita

#Harike9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NHW Tahap Ulat: Pekan 6

Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...