Rabu, 26 Desember 2018

MASIHKAH PERLU IMPOR BERAS?

Pernah diterbitkan di Padang Ekspres, 2 Oktober 2018

 

Pada awal September lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis angka Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Agustus 2018 sebesar 102,56 atau meningkat 0,89 persen dibandingkan dengan NTP bulan sebelumnya. Sejalan dengan angka nasional, NTP Provinsi Sumatera Barat pada bulan Agustus 2018 mengalami peningkatan 1,13 persen dari bulan Juli. Meskipun NTP Sumatera Barat masih di bawah angka 100, namun ini memberi angin semilir bahwa harapan petani Sumatera Barat cenderung lebih sejahtera. Sementara di level yang lebih tinggi, sedari bulan Februari 2018, pemerintah menetapkan impor beras karena stok beras dianggap tidak mencukupi kebutuhan masyarakat akan bahan makanan pokok satu ini. Kebijakan impor sejak masa panen raya beberapa bulan lalu, masih terus berlangsung.

Berkenalan dengan NTP

Nilai Tukar Petani merupakan salah satu pendekatan untuk melihat daya beli atau daya tukar produk pertanian yang dihasilkan dengan barang atau jasa yang dikonsumsi serta biaya proses produksi oleh petani. Sederhananya, NTP bisa menjadi salah satu cara menilai seberapa sejahtera petani kita. Indeks ini diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Jika angkanya di atas 100, petani mengalami surplus, pendapatan petani lebih besar dari pengeluarannya. Jika angkanya sama dengan 100 artinya petani impas. Sedangkan jika kurang dari 100 maka petani kita merugi karena besar pasak daripada tiang.

Perhitungan NTP saat ini menggunakan tahun dasar 2012. Sehingga indeks NTP Sumatera Barat bulan Agustus 2018 sebesar 95,13 dapat dimaknai nilai tukar atau harga riil produk pertanian di Sumatera Barat pada bulan Agustus 2018 lebih rendah 4,87 persen dibandingkan tahun 2012, dengan catatan volume penjualan produk pertanian tetap. Angka NTP tidak dapat dibandingkan antar wilayah, namun perubahannya bisa dibandingkan terhadap tahun dasar yang sama.

Dikutip dari www.cnbcindonesia.com, menurunnya NTP secara berturut-turut di tengah kenaikan harga pada awal tahun ini dinilai sebagai pemicu kebijakan impor beras. Namun, sejak bulan Mei 2018 NTP Nasional mulai meningkat hingga bulan Juli, yang justru kembali menurun 0,38 persen dari bulan Juni. Daya beli petani kembali meningkat di bulan Agustus ditunjukkan dari peningkatan NTP sebesar 0,89 persen.

Meningkatnya NTP Sumatera Barat di bulan Agustus disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,09 persen sedangkan indeks harga pada kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan sebesar 0,04 persen. Menurunnya indeks harga pada kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian ini akibat adanya deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,10 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kesejahteraan Petani

Perhitungan NTP saat ini menggunakan metode Laspeyres yang memiliki kelebihan memungkinkan penggantian kualitas produk-produk pertanian jika suatu waktu responden tidak ditemukan di wilayah sampel. Namun, metode ini memiliki kelemahan tidak dapat menjelaskan faktor musiman sebagai akibat asumsi volume penjualan produk pertanian tetap setiap bulannya. Padahal ini merupakan karakteristik produk-produk pertanian. Interpretasi indeks NTP menjadi bias dengan makna kesejahteraan petani karena NTP hanya mencerminkan perubahan taraf hidup petani dari sisi perubahan harga, bukan pendapatan yang diterima petani.

Dengan segenap kelebihan dan kekurangannya, BPS berupaya merumuskan indeks harga yang diterima petani (It) melalui harga di level produsen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) adalah harga di level eceran (konsumen) di perdesaan. Hal ini diharapkan lebih mencerminkan perkembangan apa yang diterima dan apa yang dibayar petani. Kini, BPS tengah mengkaji alternatif penghitungan NTP supaya lebih menggambarkan kesejahteraan petani, diantaranya alternatif penghitungan Modified Bean, Stine, maupun Rothweell Index.

Lumbung Padi Nasional

Disampaikan pada Perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) XXXVII tahun 2017 lalu, Sumbar berkomitmen untuk menjadi daerah penyumbang produksi pangan di Indonesia. Pada level pencapaian target dari program swasembada pangan ini, pada 2017 Sumbar memproduksi sekitar 2,6 juta ton pangan dari 1,4 ton yang ditargetkan secara Nasional. Namun, apakah angka ini sudah tepat menjawab jumlah stok beras di Sumbar? Pemerintah kini tengah menunggu hasil penghitungan data pangan yang dilakukan BPS bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui metodologi Kerangka Sample Area (KSA). Langkah ini diharapkan bisa menjadi solusi yang lebih efektif dan objektif dalam menghitung data stok beras nasional. Sebelumnya, data produksi beras hanya dikeluarkan oleh Kementan dengan metode eye estimate.

Metodologi pendataan berbasis teknologi ini, mencakup 192 ribu titik pengamatan di seluruh provinsi di Indonesia dan telah berjalan sejak Januari 2018.  Pengamatan menggunakan satelit milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), serta aplikasi perangkat lunak yang akan memantau kondisi lahan pertanian secara berkala. Adapun hasilnya akan dirilis pada Oktober 2018 mendatang, bersamaan dengan rencana impor 400 ribu ton beras pada bulan yang sama.

Stop Impor Beras

Semoga dengan data pangan terbaru yang akan rilis bulan depan, pemerintah dapat membuat kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Tidak harus dengan impor, namun dengan mencari cara supaya indeks harga yang diterima petani (It) terus meningkat serta mengatur laju deflasi perdesaan sebagai cermin indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang menurun. Diantaranya dengan menekan ongkos produksi melalui beragam program bantuan pemerintah untuk petani. Baik berupa subsidi pupuk maupun pembagian alat mesin pertanian, tentunya dengan pengawasan yang ketat. Selain itu, pembinaan kepada petani yang tepat sasaran serta pemanfaatan teknologi pertanian diharapkan dapat mengoptimalkan produksi pertanian, sehingga nilai yang diterima petani semakin besar.

Alhamdulillah, kesempatan kedua diikutkan dalam Lomba Menulis Opini pada peringatan HSN 2018 Provinsi Sumatera Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NHW Tahap Ulat: Pekan 6

Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...