Minggu, 31 Maret 2019

Komunikasi Produktif #day4

Sore itu kembali keriuhan hadir. Fayala rebutan sesuatu. Dan as usual, berakhir dengan tangisan salah seorang diantaranya. Saya yang baru sampai rumah dengan badan letih berusaha menguasai diri dan situasi.
"Wah sholihah Ummi, Rayfa, kok menangis.. Ada apa nih?"
Mengalirlah kronologis versi Rayfa yang langsung disahut oleh si mbak.
"Tidak Ummi! Iyya duluan tadi"
Hmm..
"Okelah.. Sekarang Rayfa mana yang sakit? Sudah coba diberi minyak butbut?"
Sembari merangkul dan melihat hasil cubitan sang kakak.
Setelah adik tenang..
"Sekarang siapa ya yang mau duluan meminta maaf? (Sambil melirik keduanya bergantian) Ayolah anak baik.. Siapa mau dipeluk duluan? Ayo ulurkan tangan sayang saudaranya.." ini masa-masa biasanya nada bicara saya sudah mulai naik.
"Ah iya, mba Iffah kan pinternya lebih dari adek. Kan adek sakit banget tuh tadi..Atau adek yang duluan minta maaf karena sayang sama Ummi? Kan kalau cemberut kek gitu Ummi ikut sedih."
Alhamdulillah, dengan sedikit merapal do'a kebaikan untuk mereka, akhirnya si mbak mau mengulurkan tangan lebih dulu dari adiknya..
Semoga kelembutan dan empati kalian terjaga sampai dewasa & maut menjemput. Aamiin

#hari4
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Sabtu, 30 Maret 2019

Terapi Hati [R.I.D.L.O]


Dulu, seolah semua sudah teratur atau tepatnya selalu minta apapun seperti apa yang saya inginkan. Diperhatikan, diatur dan sejenisnya. Sampai tumbuhlah saya seperti sekarang. Saat mata terpejam, seberapa banyak sih ilmu sekolah lebih dari 17 tahun sejak TK sampai kuliah yang masih teringat di kepala. Seakan terbersit, mungkin ini semata-mata karena Allah mengijabah doa kedua ortu. Ya, begitulah saya sebelum mengenalnya.

Lelaki itu menunjukkan pada saya. Bahwa tak semua keinginan pasti tercapai. Tak semua harapan jadi kenyataan. Meski kita sudah berbuat sebaik apapun. Bisa jadi akan ada benturan nurani dalam memaknai takdir yang belum sejalan dengan impian kita. Bukankah hawa nafsu adalah musuh terbesar manusia?

Lelaki itu yang mengajarkan saya makna berpasrah dan berjuang semampunya. Tak perlu ngoyo yang verbal. Tapi lakukan saja yang terbaik. Maka Allah yang akan memberikan apa yang terbaik untuk kita. Impian kita? Harapan kita? Biar Allah yang mengatur kapan itu terjadi. Simpel ya..

Lelaki itu yang memberitahu bahwa ada yang sudah tinggal selangkah lagi mencapai citanya, tetiba Allah cukupkan rizkinya. Ah, bukankah kematian tak akan datang sampai habis jatah rezeki kita di dunia ini? Jadi untuk apa terlalu mengejar dunia? Habis jatah, pulang lagi...

Kini, saat kemelut harapan berbentur dengan kenyataan yang tak sesuai. Akankah aku bisa setegar yang ia harapkan? Saat ia sampaikan, coba kita dalam posisinya.. Bagaimana sikapmu? Jederrrr... Ah, saya belum bisa mengungkapkan di sini. Tapi besar harapan bisa sesuai antara takdir dengan keinginan. "Egois kamu Tik!!!", seru sosok diri ini padanya.

Bisa jadi kau menginginkan sesuatu yang baik menurutmu. Tapi Allah selalu memberikan keputusan terbaikNya untukmu, Tika!!!
Jangan pernah putus berharap. Rahmat Allah begitu luas. Sayangnya selalu menyertaimu. Semoga esok kau dapati keberkahan dari putusan yang diridloi suamimu. Niatkan saja baktimu pada suami, supaya kelak Allah juga ridlo padamu!

Tika, ikhlaskan.. Lepaskan..

#ntms

Komunikasi Produktif #day3


Pagi yang sedikit kelabu... Tak sekelabu hati kami alhamdulillah. Semoga makemak yang turut membaca juga selalu cerah ya.. Apalagi menghadapi dunia anak-anak yang selalu berwarna. Semoga Allah memberkahi kebersamaan kita dengan anak-anak. Aamiin.

Pagi ini ceritanya kulkas kosong tanpa roti. Biasanya weekend anak-anak minta dibuatkan sarapan roti. Tapi apa daya, saya lupa membelinya kemarin. Baiklah.. Pagi ini Ummi buat nasgor saja ya Nak.

Dibalut awan yang masih menyembunyikan sinar matahari, Fayala bangun dengan wajah ceria. Alhamdulillah. Tak ada adegan nangis atau bete karena tidak dibangunkan pagi. Hehe.. Terkadang saya agak longgar masalah bangun pagi di weekend. Tidak tega tepatnya. PeeR nih Tika! Istiqamahkan anak-anak bangun pagi mau weekday maupun weekend ya!

Setelah sarapan selesai, saya mulai atur jadwal sembari memberitahunya ke Athifah.

"Mba, nanti ada baralek (baca: hajatan) dan Ummi ke kantor. Ada dokumen yang harus diperiksa. Kita pergi ber-lima."

Saya tengok anggukannya sembari mengajak main si bungsu.

"Mba mau bantuin Ummi apa pagi ini?"

"Sapu lantai Mi!"

"Oke mba. Terima kasih..yang bersih ya"

Mulailah Athifah beraksi. Menyapu memang hoby beliau. Meski belum bersih menurut versi saya. Hehehe.. Iyalah Tik! 5 vs 28

Setelah selesai menyapu, baru saya memintanya mandi sekalian memonitor adik-adiknya mandi. Ya walaupun di tengahnya ada adegan "action" lagi, tapi alhamdulillah terlalui dengan baik.

Tiap hari adalah belajar. Kita, ya.. Kita lah yang belajar dari mereka. Mereka mah peniru ulung. Kita yang belajar memperbaiki hubungan yang baik dengan anak-anak. Sampaikan pesan singkat dan sederhana. Mba mau bantuin Ummi apa nih? Atau 'gimana kalau mba mandi dulu'.. Yups bertahap Tika.. Don't don't :: Ayo mandi, makan lalu kita berangkat. Pernah saya sampaikan seperti ini lalu Athifah menjawab, kita makan dulu atau mandi Mi.. Hehe... Semangat Tika!!! Semangat emak semua...

#hari3

#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Jumat, 29 Maret 2019

Komunikasi Produktif #day2


Salam waras Makemak semua...
Alhamdulillah ditinggal DL lagi sama suami, it means tarik ulur urat kesabaran perlu diperketat. Jadi teringat kejadian beberapa jam yang lalu...


Saat salah satu kembar mengadukan saudarinya menyentuhkan kakinya dari atas jendela yang tidak sengaja tepat mengenai pelipisnya. Jendela rumah kami memang tidak bertralis. Dengan ketinggian rumah serta jendela seperti ini, pas untuk ajang wallclimbing bagi mereka. Sontak mendengar aduan itu saya pun menganjurkan mereka selesaikan dulu berdua masalahnya. Tapi aduan terus meluncur dari mulutnya. Dan yang berada di atas jendela ikut dengan alibinya. Akhirmya saya berhenti dari aktivitas mencuci.

Setibanya saya di TKP, ternyata si kembar tengah berdiri berdua di jendela tersebut. Pertengkaran usai, saudara!!! Tapi tingkah mereka yang berdiri di jendela membuat saya sedikit naik pitam. Khawatir mereka terpeleset atau kembali ada iseng salah seorang diantaranya. Tarik nafas Tikaa... Tariiiik! Hempaskan!!!

"Uni, kakak... Subhanalloh... Kalian itu anak perempuan! bla bla bla..." keluar juga omelan. Astaghfirulloh...

Saya balik kanan, atur nafas lalu kembali lagi.

"Sholihah, guna jendela buat apa ya? Pernah ummi cerita dulu?"

"Biar anginnya masuk Mi!" sahut salah satunya.

"Nah, itu dia.. Kalau kalian mau panjat panjat, bisa nanti kita main di RA Arafah ya.." lalu mereka turun...

"Kita makan dulu yuk.."

Waktu makan adalah saat yang sering saya pakai untuk berbicara pada mereka.

"Oh ya uni, kakak, mba... Dulu kawan ummi ada yang suka manjat tembok. Lalu suatu kali, dia kurang hati-hati dan salah satu kakinya terpeleset. Oleng... Trus jatuh. Sedihnya, tangannya sampai patah sayang... Itulah kenapa tadi Ummi terkejut lihat kalian naik ke jendela. Selain memang bukan tempatnya untuk panjat-panjat, Nak.."

Mereka tampak asyik makan. Tapi bukan si kembar kalau tidak ada yang menyanggah..

"Kan kita manjatnya jendela Mi. Bukan tembok. Gitu aja gak boleh.."

"Boleh kok panjat-panjat. Tapi bukan di jendela sayang.."

"Kapan kita ke Arafah Mi? Iyyo mau coba panjat-panjatannya."

Pfuu... Maafkan Ummi ya yang kurang peka terhadap kebutuhan pelampiasan energi berlebih kalian.. Yuk ah kita masak aja Nak! Lumayan biar sibuk mereka.. Hehe

Ini kisahku!

#hari2

#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Kamis, 28 Maret 2019

Komunikasi Produktif #day1


Alhamdulillah gaess... Salam waras makemak semua...Semoga keberkahan senantiasa menaungi kita semua atas izin Allah SWT.
Setelah sepekan merasai tidak bisa sujud karena lutut yang luka agak dalam, alhamdulillah sudah mulai bisa menapakkan lutut untuk bersujud. MasyaAllah, betapa nikmat sehat itu sangat mahal saudari! Bersyukurlah..

***

Suatu senja...

"Mi, iyyo eek ya. Tapi cebok sama Ummi", pintanya saat berbagai rasa berkecamuk pasca jatuh dari motor.

"Iyyo! Ummi lagi sakit tau!", setengah membentak Mba Iffah, si sulung menjawab teriakan adiknya.

Fayra atau Iyyo, pun sudah nangkring manis di atas kakus. Perlahan saya mencoba mengajak kaki ini untuk menuju kamar mandi. Sampai di depan pintu, saya menjawab pelan sambil menatap mata Iyyo yang terlihat dari sedikit celah pintu yang tidak tertutup rapat.

"Iyyo, sekarang Ummi sedang sakit. Iyyo juga tadi kan sudah bisa cebok sendiri setelah pipis", terang saya.

"Tapi Iyyo gak bisa Mi! Iyyo masih kecil" bantahnya.

"Fayra sholihah, Uni insyaAlloh bisa.. Ummi bantu caranya dari sini ya"

Setelah selesai hajatnya, Iyyo kembali memberi saya kode. Saya pun mulai memberi tahu cara beristinja' bertahap.
Foila!!! Alhamdulillah, Uni Iyyo sudah bisa cebok sendiri. Setelah memakai kembali celananya, saya memberikan kecupan sayang padanya. Sembari terus memotivasi bahwa Fayra bisa kok melakukan hal itu sendiri.


Hahai.. Itu dia senyum si hitam manis kami. Sholihah selalu ya Nakdis..

Note: maksud hati mempraktikkan Komprod poin mengganti ungkapan "tidak bisa" menjadi "bisa". Sesuaikan dengan usia anak ya.. Adegan di atas bukanlah skenario belaka. Kesamaan nama disengaja oleh author.



#hari1

#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Kamis, 21 Maret 2019

NHW Pra Kelas BunSay [Aktualisasi Diri]


Saya adalah si ekstrovert yang lagi belajar menulis. Sehari-hari membersamai keempat bintang kehidupan saya. Athifah, Asiyah, Ashilah dan Isykariman. Selain itu sampai tulisan ini dibuat, saya masih diamanahi sebagai statistisi di salah satu instansi yang notebane-nya sebagai gudang data pemerintah. Belajar menulis dimulai dari buku diary lalu mulai membuat rumah di wordpress. Alhamdulillah, kini berupaya memperkaya tulisan melalui blog ewistika.com serta menulis di beberapa koran lokal.

Meski sudah tahun ke enam bertahan-berdiri di dua dunia (publik dan domestik), saya masih saja kocar kacir dalam mengelola emosi. Masih suka galau antara terus bekerja di ranah publik atau fokus membangun peradaban bersama keempat buah hati. Apapun itu, saya memilih untuk mengikuti apa keridloan suami. Jika saat ini Allah (juga suami) masih menghendaki saya berkarya di instansi ini, maka saya berusaha memaksimalkan kebaikan di dalamnya. Semoga ini menjadi keberkahan dalam kehidupan kami.

Begitulah saya... Whatever i am, i love my self. Saya juga ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga dengan cara saya. Menjadi diri saya. InsyaAllah.

So, ini oleh-oleh NHW pra Bunsay Remidial 2019. Selamat berkenalan...


Menulis mencari keberkahan
Menjadi diri sendiri
Aktualisasi Diri

Rabu, 20 Maret 2019

NHW Pra Kelas BunSay [Self Healing]


Seolah menjadi panglima perang bagi seluruh anggota badan ini. Pekan ini menjadi pekan terberat saya melawan hawa nafsu. Abinya anak-anak ada tugas luar kota dan otomatis ada tiga bidadari syurga di rumah yang menanti dengan masing-masing karakternya. Mereka yang tengah pada fase caper. Cari perhatian. Sewaktu-waktu saya bisa menjadi sosok monster bagi anak-anak. Huwaaa... Kala memejamkan mata, saya pun ikut ketakutan membayangkan hal ini. Seperti malam ini, mereka kembali menguji urat sabar saya. Perhelatan mereka di kasur berakhir dengan hentakan suara saya dan tangisan mereka. Tak sampai 5 menit, saya pun menyesalinya dan ikutan nangis. Astaghfirulloh. Bagaimana ini?!

Setiap ucapan resign itu datang, selalu saja pertanyaan ini muncul. Bisakah kamu 24 jam tanpa jeda dengan segala kepintaran anak-anak? Apa kamu mampu membersamai keempat anakmu 7 hari tanpa libur? Padahal sekarang saat kau memiliki 'me time' dengan pergi bekerja saja, kau masih acap mengeluh pada mereka. Tak sampai mengeluh saja. Kadang keletihan itu menjadi senjata untuk berbuat emosional pada mereka?

Ah, saya sepertinya belum tuntas pada self healing ini. Apakah dengan materi BunSay kali ini aku bisa melepaskan semua, memaafkan dan berubah lebih baik? Let's see...

Sepanjang hari terus mengingat, mencatat-hapus, dan menuangkan keresahan ini. Membuat lifeline, vakog dan tfan pun sudah dilakoni. Sampai dengan saya fokus pada 2 hal dengan skor terrendah. Salah satunya adalah tentang perang melawan hawa nafsu ini.


Kemudian saya berusaha kembali menelusuri visi hidup yang teramat singkat ini.
Pada Allah SWT saya memohon, semoga saya diberi kekuatan dan istiqomah dengan kesabaran dalam mendidik anak-anak.
Saat ditanya,
Pribadi seperti apa yang kamu inginkan? Maka saya ingin lebih memanjangkan kesabaran di semua aspek. Saya ingin menjadi ibu yang dirindukan anak-anak dan dapat mengoptimalkan kelebihan yang kami miliki untuk kemaslahatan ummat.
Aamiin...


Menulis sebagai self healing
Menulis untuk menasihati diri sendiri
Menulislah karena Allah

Rabu, 13 Maret 2019

NHW Pra Kelas BunSay [Manajemen Waktu]


Dulu, saat kepala kantor lama kami menyuruh membuat laporan pekanan. Tak menyangka kalau ini menjadi sebuah kebiasaan. Saya setiap akhir pekan akan mengingat apa pekerjaan sepekan lalu dan sepekan mendatang. Ya, meski belum daily planning, kami tidak menyangka ternyata ini adalah kebiasaan baik yang beliau tanamkan, meskipun di awal kami banyak mengeluh. Terima kasih ya Pak. Semoga jadi amal jariyah.

Lalu sekarang, kami di IIP kembali ditantang untuk menjadi ibu profesional. Ibu yang tidak melewatkan jeda waktu dengan kesiaan. Toh memang manusia bertugas merencanakan dan Allah yang menentukan. Ini sebagai pelaksanaan fitrah kita sebagai manusia.

Meski belum istiqomah. Mari kita mulai dari sekarang. Pelan-pelan saja Tika!

Berikut contohnya saja ya.. Kalau aslinya mah di buku agenda.
Kuy lah Tika!!! Benahi satu per satu. Semoga konsisten yaa...

Menulis untuk menyemangati diri sendiri

Selasa, 12 Maret 2019

NHW Pra Kelas BunSay [Adab Menuntut Ilmu]


Bismillahi arrahmaani arrahiimi...
Menjelang pertengahan Maret, di tahun 2019. Sekitar setahun yang lalu, saya gagal menjadi murid yang baik. Gagal pada kelas Bunda Sayang Sumatera-2. Penyesalan mendalam saya rasakan. Kehampaan. Pelan tapi pasti, saya terus mengalami kemunduran. Terutama dalam hal parenting. Musuh terbesar saya hadir kembali: ketidaksabaran dalam mendidik anak.

NHW Tahap Ulat: Pekan 6

Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...