Minggu, 26 Januari 2020

My Twins Story #2


Kuucapkan terima kasih pada Mba Nurin yang mengingatkanku tentang "hutang" ini. Ya, setelah si kembar berusia 5 tahun 3 bulan. Aku seperti dejavu pernah menuliskan kisah persalinan my twins. Atau mungkin baru di layar laptop belum di post? Wallohu a'lam. Baiklah.. Melanjutkan kisah di awal tentang my twins story #1.

Perhitunganku, perjalanan mudik menjelang persalinan si kembar saat itu memasuki pekan ke-34. Kami menggunakan mode transportasi udara S*iwijaya dari BIM. Berbekal surat keterangan dokter Bu Ernawati di RS Siti Hawa, alhamdulillah kami diizinkan terbang. Sekitar 1,5 jam sebelum jadwal keberangkatan kami mampir ke rumah sakit untuk meminta surat izin. Awalnya dr.Erna pesimis, tapi saat kami bilang, wah dok.. Pesawatnya sekarang sudah menunggu. Sejam lagi kami harus takeoff. Akhirnya bu dokter memberi keterangan 32pekan di surat izin terbang. Maafkan kami ya Alloh..

***
Sesampainya di Purwokerto, kangmas tidak dapat berlama-lama menemani. Karena beliau memang hanya "mengantar" saja sampai di rumah orangtuaku. Sepertinya hanya 2 malam lantas beliau balik ke Solok Selatan.
Semenjak beliau kembali ke perantauan, hari-hari kuisi dengan mengurus Iffah, hunting dokter yang pro normal, searching bidan delima (bidan dg sertifikasi diizinkan menolong persalinan di rumah kliniknya), bahkan sempat ingin waterbirth karena terinspirasi Erma istri Wahid. Hehe..
Tanggal 5 Oktober 2014 adalah hari raya Idul Adha. Ini kali pertama sejak menikah idul adha tanpa suami. Alhamdulillah kami menikmatinya. Suami sengaja mengambil cuti bersamaan hari pernikahan adik beliau. Semoga saja pas Alloh memperkenankan kalian lahir ya nak..
***
Perkenalan dengan Bidan Amelia & Bu Dhian. Keduanya adalah bidan delima. Bidan Amelia saat itu memperkirakan kelahiran si kembar tanggal 22 Oktober. Klinik beliau berdekatan dengan rumah sakit Wiradadi Husada. Jarak dari rumah kurang dari 3kilo. Beliau mempersilakan jika mau lahiran dengan beliau dengan catatan jika ada indikasi buruk maka langsung dirujuk ke RS WH.
Adapun Bu Dhian, bidan yang mempunyai izin waterbirth. Berlokasi di Purbalingga, sekitar 30an menit dari rumah. Sayang, beliau keberatan setelah kuceritakan tentang kehamilan gemeli ini. Berisiko mbak.. Saya belum pernah menangani persalinan kembar dengan waterbirth. Baiklah.. Semoga saat adiknya si kembar kelak kita berjodoh ya Bu.. Hiks..
***
Pilihan persalinan::
1. Bidan Amelia
2. Dokter Widya di RSI Karang Lewas (45-1jam perjalanan)
Dokter Widya ini sebenarnya biasa saja. Tipikal dokter kandungan. Menjawab kalo ditanya. Kurang dimotivasi untuk normal. Jadi saat pertemuan terakhir, saya disuruh sesar karena janin yang diatas itu melintang. Beliau juga praktek di Patikraja. Jadwalnya sangat amat tentatif. Gambling banget lah.. Jauh pula rumah sakitnya.
3. Bidan di Rumah Bersalin Mitra Ibu
Kurasa cukuplah 3 ini. Kalaupun pilihan terakhir itu tidak terpenuhi ya sudah pasrah saja. Biidznillah..
***
Tanggal 11 Oktober 2014, Sabtu yang cerah. Seninnya adik semata wayangku mau Ujian di SMAnya. Ahadnya (besok) adik iparku menikah. Suami dijadwalkan terbang pukul 13.00 sampai Soetta.
***
Sejak malam Jumat, aku sudah sangat amat begah. Tidur tak nyaman. Tidur sambil bersandar. Ini posisi wuenak. Aku pun cuma minum sari kurma & madu. Itu saja. Nasi sudah tak membuatku berselera makan. Iffah masih bersemangat menyusu langsung semalaman. Ah mba Iffah.. Terima kasih sayang.. Syukron... Ummi rindu tatapan mesra saat kamu nenen Nak.. Tenanglah cintaku takkan terbagi. Kau, sudah menduduki sudut terindah di hati Ummi..
***
11102014 pukul 08.30
Sekiranya sudah 10menit sekali frekuensi kontraksi ini. Aku bersiap bersama tas siap pergi & my doula. Yes! Ibu masih berdinas di Dindik Purbalingga dan bapakku adalah sosok yang takut darah hehe.. Adikku mau ujian. Alhamdulillah ada saudara jauh (Bu Tumis) yang berkenan menemaniku melahirkan. Dialah Doula-ku. Beliau menemani setiap kontraksi itu datang. Bismillah.. Kami berangkat ke RSI. Ini adalah opsi pertama karena jauh lokasinya dan gambling dokterny. Kalau tidak standby dokter Widya-nya ya sudah say goodbye.
Di RSI, ternyata hari ini dokter oncall emergency. Kalau tidak ada indikasi sesar ya melahirkannya dengan bidan. Posisi beliau masih di Patikraja. Phhfuu... Ak cuma cek cairan yang sudah membasahi CDku sedari subuh tadi. Positif ketuban rembes. Baru bukaan 1 sempit. Baiklah.. VT pertama. Padahal sudah PD banget ini udah lebih dari 3. Hahaha... Tak ada USG disini. Kami akhirnya pulang.
***
Pukul 09.30 kami ke Rumah Bersalin Mitra Keluarga. Di sana ak cek VT (kedua) dan USG. Kondisi sudah bukaan 2 ke 3, janin yang di bawah sudah mulai masuk panggul tapi masih jauh. Sementara janin yang di atas melintang 180°. Bidan tak mau ambil resiko. Aku dirujuk sesar ke RS WH. Tak tanggung-tanggung. Aku yang masih kuat jalan bahkan rasanya saat itu pengen lari saja, diminta naik ke ambulance coba! Pake uing uing uing.. Dalam perjalanan ke RS WH ak nangis. Takut bayangan sesar dan suara sirine yang mengingatkanku pada almarhum eyang putri. Aku pun minta izin kangmas. Beliau balik nanya, gak ada second opinion?
Aku belum sempat ke bidan Amelia. Tapi bapakku yang panik langsung menyetujui proses rujukan tersebut.
Oh iya, 2 hari sebelumnya Bidan Amelia sedang mengantar putranya ke pondok pesantren pasca liburan idul adha. Aku belum tau apakah beliau sudah kembali.
***
Sesampainya di RSWH, ak digledek seperti adegan orang gawat darurat. Padahal mah jalan aja masih kuat. Protap ini sangat berbeda saat kelahiran Isykariman. RSWH sudah lebih manusiawi & pronormal.
Saat itu dokter kandungan yang bertugas tengah tindakan operasi di RS lainnya. Aku ditangani oleh bidan. Mengetahui kasus hamil gemeli, si bidan memanggil "anak2 buahnya" bukan hanya satu, ada tiga! bidan junior yang ikut mengamati proses persalinanku. Bapak segera menghubungi kangmas tentang perizinan sesar. Saat itu juga bapak menandatangani persetujuan sesar sekaligus permintaan darah ke bank darah. Oh iya, ternyata darah harus di bayar dimuka ya kalau mau sesar. Jadi 2 kantong sudah terbeli saat itu. MasyaAlloh Gustiii... Bayang-bayang Iffah memenuhi pikiranku. Gadis kecilku saat ini bersama sang nenek. Bagaimana kabarnya nanti malam? Kalau sesar, artinya nanti malam dan beberapa malam selanjutnya akan ada "jarak" diantara kami. Dia masih sangat kecil ya Alloh.. Jika dengan normal, itu tidak mendzolimi Iffah, maka mudahkanlah ya Robb.. Ya Latif.. Lembutkanlah persalinanku.. Sayangi Iffah ya Alloh.. Sayangi Iffah..
***
Dokter masih dalam perjalanan.. Sedari pukul 10.30 aku terus saja tidur miring ke kiri. Aku ingin berjalan. Aku ingin jongkok.. Aku terus mengingat proses kelahiran Iffah di Solok Selatan. Dulu, ak masih teriak takbir, tasbih, Alloh Alloh... Sembari dipeluk kangmas. Saat ini, kangmas tak ada.. Ibu memegang Iffah di rumah. Aku pun jadi jaim. Setiap kontraksi datang, aku hanya menggigit jilbab. Bukan lagi tangan kangmas seperti dulu. Hehe.. Gak mungkin juga aku teriak-teriak pada Bu Tumis. Lah, udah pernah melahirkan kok masih teriak-teriak. Begitu gengsiku berbicara.
Sekitar pukul 11 ak mulai ngelantur. Terucap tidak sanggup, bahkan sedikit membentak bidan. Kenapa tidak segera ke ruang operasi???
Lalu Bidannya balik memarahiku, "Mbak ini gimana sih! Ini udah bukaan 5 kalau sampai jam1 stagnan baru ke atas (ruang operasi). Ini pesan pak dokter!"
Deg! Allohu akbar.  Masih bisa normal berarti.
Aku pun hanya bisa berdzikir. Ak izin berdiri meski rasanya kaki sudah tak sanggup menapak lagi, tapi hasratku ingin berdiri. Akhirnya aku dizinkan berdiri. Aku manfaatkan untuk mengajak si kembar untuk segera turun cari jalan lahirnya.
***
Menit demi menit terasa lamaaa sekali. Sampai akhirnya sekitar pukul 13.00 bidan telpon pak dokter. Beliau bilang 1 jam lagi mungkin baru sampai. Beliau memonitor bukaanku. Alhamdulillah sudah bukaan 7 saat itu. Setelah itu ak tak memperhatikan jam dinding. Ak terlalu fokus dengan rasa sakit dan nafas. Aku gak boleh menutup mata. Aku sebentar lagi ketemu si kembar!
Menjelang pukul 2 siang lahirlah Asiyah. Babygirl. Sesuai hasil USG. Aku terlalu bahagia sampai lupa kalau satu janin lagi melintang. Selama Asiyah dibersihkan, aku baru kelaparan. Bu bidan memberiku sekotak susu UHT 250ml dan nasi sup. Aku pun makan dengan lahap. MasyaAlloh enak sekali makan setelah 2 hari 2 malam hanya minum sari kurma & madu.
Sekitar 15an menit kemudian, dokter-nya datang. Yah dok, udah kadung lahir 1 baby. Saat diceritakan kalau janin keduanya melintang, dokter menyarankan sedikit diputar perutnya. Semua dilakukan oleh bidan. Alhamdulillah Alloh menjaga auratku. Alasan selain Iffah mengapa aku takut sesar adalah aurat. Alhamdulillah..tsumma alhamdulillah..
Tak berselang lama, kontraksi itu datang lagi. Bidan segera memecahkan ketuban 1 lagi. Ternyata mereka ada di kantong yang berbeda. Ashilah pun lahir dengan suara lantangnya. Hehe..  Prosesi pengeluaran ari-ari seakan melahirkan bayi ke-3 buesar banget. Dan mereka ternyata satu plasenta (ari-ari). MasyaAlloh alhamdulillah ya Alloh...
Welcome world my babies.. Asiyah Ashilah.. Semoga Alloh memberkahi kalian berdua & menjadikan kalian hamilatul qur'an madal hayah..


اَللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّ

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk keturunannya dari setan yang terkutuk.”

Ibnu Abbas menceritakan, bahwa Rasulullah saw membacakan doa perlindungan untuk kedua cucunya,


أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ


“Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pAndangan mata buruk” (HR. Abu Daud 3371, dan dishahihkan al-Albani)

*Bukan tersebab ikhtiarku, semua ini terjadi

Bukan tersebab doaku, semua ini terlalui

Memang bukanlah tersebab diriku, semua kujalani

Semua ini karena kasih sayangNya yang menutupi aibku, menahan azab atas dosa-dosaku, menyelimuti cinta yang tak terbatas pada kita semua, padaku juga kalian anak-anakku...

Semua ini karena doa tersembunyi dari saudara saudari yang kita tak mendengarnya tak mengetahuinya..

Semua ini karena Alloh meridloi... Jangan putus harapan Nak.. Saat dunia ini terasa sempit. Bacalah tulisan ini. Ingatlah betapa Alloh menyayangi kalian... Tetap semangat anak-anakku. Uhibbukum fillah..

NHW Tahap Ulat: Pekan 6

Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...