Alhamdulillah wasyukurilah.. Amanah menyusui Isykariman telah tiba masa usainya. Ternyata, meski Isykariman bukan anak pertama, rasanya tetap sama saja ketika hendak menyapih. Ada perasaan lega, syukur, sedih dan rindu. Ada pula terbersit, saat masa menyusui, ananda akan lekat sekali pada Ummi. Seolah-olah hanya Ummi curahan pintanya. Apapun rela ditinggalkan asal bisa menyusu pada Ummi. Lalu, ketika masa penyapihan tiba. Anak akan belajar "lepas" dari ketergantungan itu. Ia akan belajar untuk mengenal lebih banyak permainan, makanan, juga orang. Ah, kok malah melow jadinya. Tapi, sedihnya tidak boleh berlarut. Karena Alloh yang berkehendak pasti ada kebaikan dibalik itu semua. Saya pernah menceritakan kisah Weaning With Love bersama Fayra Rayfa di sini.
Pengalaman kesekian menyapih bukan berarti tanpa drama. Setiap anak kan unik. Pun terhadap Isykariman. Para tetangga mengingatkan untuk bersiap ketika menginjak 18 bulan & mengatakan lebih susah menyapih anak laki-laki daripada perempuan. Adapula yang menyarankan segala "tipu daya" bagi anak. Namun, sejak Athifah pun kami tidak memakai cara ini. Kepada 3 kakaknya, kami kuatkan azzam untuk menyapih dengan cinta. Tapi hasilnya, masih saja ada adegan tangisan berkepanjangan sepanjang malam. Meski hanya 3-5 malam dengan durasi menangis yang semakin menurun, tetap saja hati ibu mana yang tidak tersayat (lebay..) mendengar jeritan tangis itu. Alhamdulillah ada pasangan hidup yang rela menemani anak gadisnya yang akan disapih. Ya, kami (saya & setiap giliran kakak-kakaknya Isykariman) akan pisah kamar selama sepekan adaptasi penyapihan. Mereka tidur bersama Abi. Itu kenangan dengan para kakak. Ternyata weaning with love saja tidak cukup. Tapi harus dengan iman..
Bismillah.. Saya kuatkan tekad. Saya akan tetap WWL but, not only love. Ada bagian terpenting yang saya lewatkan. Ralat, mungkin tidak sepenuhnya terlewatkan tapi kurang memasukkan alasan Alloh ke sanubari anak. Dengan pengalaman sebelum-sebelumnya, maka saya ingin Isykariman ikut membaca ayat Alloh yang menyuruh menyapih di usia 30 bulan (sejak kehamilan). Lalu, saya mengikuti saran tetangga untuk jauh-jauh hari men-sounding kabar penyapihan ini. Sejak usia 18 bulan, sy mulai menyampaikan bahwa kelak, ada masanya air susu ini sudah tidak boleh diminum lagi. Bahwa Isykariman semakin besar dan Ummi malu kalau aurat Ummi nampak. Biar saja itu yang terpatri di pikirannya. Tentang apa itu aurat, anggap saja "sami'na wa atho'na" si Karim pada Ummi. Lalu waktu pun berjalan. Saya minta Karim sama-sama berdoa. Semoga Alloh cukupkan rezeki ASI ini sampai tuntas sesuai perintah Alloh (2tahun). Ya, saya verbalkan dengan menengadahkan tangan bersama Karim. Berdoa bareng. Ini dilakukan tidak sekali dua kali. Selagi ada kesempatan ambil momentnya untuk sounding. Doanya ada lagi: Ya Alloh.. Ikhlaskanlah hati kami, Isykariman & juga Ummi untuk melalui masa penyapihan. Ummi ridlo pada Karim ya Alloh..
And then.. Waktunya pun tiba...
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar