Minggu, 18 Oktober 2020

Misi Asyik 2: GBHN


Telaaat telaaat...

Yup pekan ini agak lag mulu. Kuliah cuma 2 matkul tapi kok tugasnya berasa 4 matkul. Plus tesis yang masih stagnan. Plus mencari cara menjaga semangat murojaah diri sendiri juga anak2. Klo ziyadah itu kan tantangannya sesuatu yang sebelumnya kita belum hafal. Jd ada rasa tertantang, tp klo murojaah ini beda. Ia mengulang2 sesuatu yang pernah/sudah. Hmm.. Istiqomah itu memang berat, ya karena balasannya syurga.

Pun dalam aktivitas menulis. Bukan perkara mudah menjaga kontinyuitas. Apalagi menulis ilmiah seperti tesis. Karena aku merasa belum dapat kliknya. Dari buka laptop saja seolah Isykariman pegang alarm laptop. Klo Ummi buka laptop langsung mendekat. Geleyotan lah, pencat pencet keyboard lah, sampai ngetonyot itu layar (qodarulloh touchscreen). Ya sudahlah.. Bismillah nesisnya nanti malam saja. Nah, klo mengerjakan tugas Kelas Batalyon ini seperti rehatku saja. Aku mengerjakannya dengan smartphone. Anak2 sedang asyik bermain. Karim pun mengira Ummi lagi jualan. Wkwkwk..

Baiklah.. Kita mengerjakan misi asyik dulu saja. Misi kedua kali ini, kami diminta menganalisis kasus "silent reader". Hmm...

Saya mau bahas tentang kemampuan mendengar dan membaca. Jika dalam sarana WAG. Kedua kemampuan ini jadi mirip menurutku. Pendengaran memang karunia Allah yang konon pertama berfungsi aktif saat kita baru lahir, juga fitrah terakhir manusia sebelum wafat. Tak sedikit orang dalam kondisi koma namun masih bisa merespon karena ia masih bisa mendengar. Nah, klo di dunia maya. Silent reader bisa jadi golongan orang yang tipikal pendengar. Karena klo sarananya WAG mungkin lebih relevan pembaca. Tp tidak lantas mengomentari apa yang ia baca. Ini hanya husnudzonku sepintas saja. Perlu dibuat survei nih untuk para kaum silent reader. 

Tapi eng ing eng..  Setiap WAG memiliki aturannya. Ada grup marketer yang khusus upload barang readystok. Tentu di WAG ini membernya tdk diperkenankan komentar banyak. Karena disediakan pula WAG untuk sharing sesion. Diskusi para saudagar, dan lain-lain. Lain halnya dengan komunitas Pejuang Literasi ini. Namanya saja kelas belajar. Bagaimana gurunya tau si anak sudah memahami materi jika si anak diam saja. Sederhananya seperti itu. Tapi para komandan di PL kan baik-baik. Mereka low profile. Tak ada tuh guru murid.. Mereka memperlakukan setiap komandan sama. Bisa saling belajar. Yang membedakan ya ilmunya duluan sampai ke pemateri. Hehe..

Baiklah kembali ke PL sebagai komunitas menulis. Rasa-rasanya kok jika ada pertanyaan "boleh gak sih, ada komunitas di dalam komunitas??" gak etis ya.. Nyesek lho.. Kayak dikacangin. Sudahlah kita dapat ilmunya dari komunitas X, lalu kita malah ngacangin itu komunitas X. Aku anggap ini soal adab sih.. Kasian tau Esmeralda!

Kasus komunitas dalam komunitas juga bisa jadi earlywarning bagi komunitas itu sendiri. Bagaimana cara mengikat anggotanya supaya dg sadar dan kecintaan ia tak beralih hati. Eaaa eaaa... Bisa jadi, ini bisa jadi yaaa.. Ada oknum di dalam komunitas yang membuat kecewa atau pengurus yang kurang respect, merasa paling benar atau tidak memenuhi harapan di awal statement memasuki komunitas tersebut. Kemampuan manajemen komunitas perlu ditingkatkan sampai sedetail itu. Meski sepele. Tapi namanya sekumpulan manusia pasti ada gesekan-gesekan. Tinggal kedewasaan member dan pengurus saja untuk saling menerima nasihat. Jika dirasa sudah tidak sanggup lagi bagi member tersebut, maka keluar dari komunitas mungkin lebih baik untuk kedua pihak. Tapi tidak lantas mengajak-ajak member lainnya untuk hengkang dari komunitas. Lagi-lagi adab...

Adalagi soal keterlambatan agenda online. Aku rasa pakai skala prioritas saja. Jika memang komunitas tsb belum menjadi prioritas ya mungkin memang karena ada amanah yang lebih besar. Misal keluarga. Tapi selayaknya kita memasuki sebuah rumah. Tentu kita menghormati aturan di dalamnya. Izin dan bertanya.

Duh, kok jadi panjang. Tadinya mau jawab singkat saja.

1. Silent reader??? Tergantung itu grup apa. Tiap grup memiliki aturan main. Taati atau bersiap menerima resiko

2. Komunitas dalam komunitas? Tidak boleh

3. Terlambat agenda online? Izin dan tidak sering-sering

Semuanya jadi introspeksi baik diri sendiri maupun komunitas. Semoga komitmennya terjaga. Dan Allah mudahkan ikhtiar kita dalam berdakwah melalui tulisan. Wallahu a'lam bishowab.

Depok, 18 Oktober 2020

Si telat di misi ke-2, semoga tidak terulang. Aamiin

#pejuangliterasi

#kelasbatalyon

#kelasmenulis

#hessakartika

#misiasik2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NHW Tahap Ulat: Pekan 6

Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...