Sabtu, 26 Desember 2020

Liburan Akhir Tahun 2020 (2)



23 Desember 2020 pukul 08.30 WIB.

Kami masih heboh dong di rumah. Sebelum berlibur, kami pastikan baju kotor & handuk sudah dicuci biar sepulangnya dari liburan tidak menumpuk setinggi gunung Kerinci itu cucian. Lalu kami juga ada agenda mengambil rapot si sulung. Tak banyak harapan kami di semester ini. Anak-anak sehat dan ceria sudah rezeki tak terkira bagi kami. Plus semangat tilawah dan menghafal selama pandemi ini membuat kami makin bersyukur dan capaian akademik lainnya kami kami permasalahkan.

Kami berangkat dari Depok sekitar pukul 11.00 an lewat, menuju ke Ciawi, Bogor. Gmap memperkirakan perjalanan sekitar 1 jam 5 menit via tol. Qodarullah pak supir gocar memilih menggunakan jalan kampung. Baiklah jadi tau jalan alternatif Sukabumi. Alhamdulillah meskipun perjalanan jadi lebih lama, tapi karena anak-anak antusias mau liburan jadi tidak bosan.

Persiapan


Jalan menuju gerbang Camp Hulu Cai memang masih belum bagus, tapi tidak jauh sih sekitar 1 km saja yang nanjak dan kurang bagus. Kalau jalan sempit dan berkelak kelok kan memang daerah pegunungan ya jadi wajar saja. Oh iya, luas total tempat wisata 15 hektar dan baru 10 hektar yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata ecosyariah. Selebihnya masih berupa kebun-kebun warga. Fasilitasnya apa saja? cek saja website camphulucai.com atau instagramnya @camphulucai.



Petugasnya ramah banget. Kami diantar dari front office ke kamar. Kamar kami tipe deluxe plus extrabed karena anak-anak kan kalau tidur gitu ya.. gak perlu dijelaskan😅. Saranku, coba kontak dulu CPnya karena kadang ada diskon-diskon menarik dari pihak daripada via trave***a dan sejenisnya.
Selagi menunggu waktu checkin (14.00 WIB) kami memilih makan siang dulu di Saung Kuliner. Menunya standar sekitar olahan mie, nasi, sate dan aneka minuman. Ini salah satu yang kami sarankan untuk pihak CHC. Seandainya menu makanannya lebih Sunda dan bervariasi, akan menambah utilitas pengunjung.


Karena lokasinya sudah masuk banget ke dalam, wisata di CHC terbilang lengkap lengkip. Dari 10 hektar yang sudah dimanfaatkan, mereka membagi dua kawasan wisatanya. Selama pandemi hanya satu kawasan Balebat yang dibuka. Sedangkan bagian "atas" sementara di tutup. Kebayang mah kalau semua dibuka, memang bakal ruame sekali. Alhamdulillah saat kami ke sana lumayan sepi.

Kamar deluxe-nya cukup memuaskan. AC-nya jarang terpakai secara duingin gitu memang disana. Hehe... Selain itu ada TV, toiletrees untuk 2 tamu, air hangat, gantungan handuk dan sarapan untuk 2 tamu.


Sebelum menjelajah, kami pesan kendaraan wara-wiri untuk berkeliling ke seluruh wilayah CHC. Cukup 10k untuk satu orang dewasa. Anak-anak gratis.

Mengingat anak-anak sudah ngebet berenang, baiklah kita ajak mereka ke kolam renang dulu.

Lokasi kolam renang di kawasan Balebat berada di depan penginapan Superior. Cukup luas dan tidak dalam-dalam amat. Hati-hati ya dingin bhrrrrr.... anak-anak aja gak sampai dua jam betah berendamnya. Habis itu langsung minta bilas. Bilasnya deket juga ada pancuran di sebelah kolam renang.


Selepas berenang, kami pun jalan ke taman Layla. Taman bunga terluas di kawasan CHC. Instagramable banget dan adeeem di mata.



Malam harinya kami makan di Kafe dekat taman Layla. Kami kira beda tempat makan akan beda menu ternyata sama Sob! Ya sudah kami pilih saja selain menu yang sudah kami pilih tadi siang. Oh iya, pas kami kesana sedang ada syuting dari salahsatu stasun tv jadi agak ramai. Kami tidak berlama-lama karena aku belum setoran hafalan dan kangmas ada belajar tahsin. Ya, hitung-hitung irit energi buat esok hari. Hehe
To be continue yaaa...

Liburan Akhir Tahun 2020 (1)



Bismillah.

Tanggal 23 Desember 2020 kami pilih sebagai jeda dalam rutinitas. Kami mengagendakan liburan sejak awal Desember. Sebagian mahasiswa pascasarjana menganggap masa kuliah adalah masanya liburan. Apalagi bagi ASN yang ditempatkan mengabdi di pelosok seperti kami. Kesempatan menimba ilmu berbuah berkah dengan opportunity benefit berupa bertambahnya kualitas & kuantitas bersama keluarga. Yup, here there is! Fayalaisy in vacation 😆 Fyi, rombongan lenong kami terdiri dari 6 orang ya. Jangan tanya peran satu-satu karena semua jadi peran utama (terkadang aku jadi antagonisnya 😂)

Aku bagi postingan ini menjadi 3 bagian yaa..

💓1st: Persiapan

Bagian ini kami mendiskusikan waktu yang tepat. Liburan kali ini agak nanggung karena diantaranya kami ada UAS selama d.u.a hari. Klo aku kuliah terakhir 15 Desember dan suami masih ada kuliah s.d akhir Desember tapi sisa satu hari doang. Jadi ya bisa dikatakan long holiday lah. Oh iya, jadwal masuk kami pertengahan Maret but semester depan kami full tesis. Awalnya kami memilih akhir desember, ternyata jadwal kuliah kangmas ada yang tidak pasti kapannya, its okey. Lalu ada kabar dari calon destinasi bahwa ada potongan harga pada tanggal 23-25 Desember. MasyaAlloh rezeki kan tidak boleh ditolak ya 😍.

Opsi pertama kami saat itu adalah CAMPING. Kami mencari informasi tempat camping yang available membawa anak2 apalagi ada Isykariman yang baru 30 bulan. Pilihannya di sekitar mandalawangi, puncak. Kami kontak beberapa tempat camping dan menanyakan harga & standar prokes mereka. 



Mengapa opsi ini kami coret dari daftar?

1) Beberapa memang kurang safety karena lokasi yang berundak-undak dan jauh dari tempat kuliner

2) Ada yang berupa lapangan golf, tapi saat kami tanyakan standar prokesnya, jawabannya tidak meyakinkan, " Selama ini belum pernah kejadian sih bu ada yang positif covid". Whoooyyyyyyyyy!!! emang kami kelinci percobaan? 

Kami kira minimal bakal dijawab seperti ini. "iya Bu.. Untuk peminjaman tenda kami pastikan sudah dijemur setiap sebelum dipakai." atau sejenis dengan itu.

Baiklah terimakasih mungkin kita belum berjodoh. Kelak kalau kami sudah punya tenda sendiri insyaAllah kami main kesana.

3) Tempat wisata lainnya selain camping kurang fasilitas, misal berenang/main air. Anak-anak kan requestnya liburan inginnya berenang. Ada sih air terjun tapi jaraknya 1 jam perjalanan. Dengan gendong Karim hehe belum pas sepertinya.

4) dari sisi harga setelah diperhitungkan kurang worthit dibandingkan dengan 2 opsi lainnya

Tapi kalau sahabat mau camping yang aman maka bawalah semua perlengkapannya sendiri dan kalau mau mengajak anak-anak minimal sudah siap diajak jalan jauh atau masih memungkinkan jika sahabat mau menggendong dia selama perjalanan. Untuk usia <2 tahun pas tuh masih belum berat-berat amat. Atau sekalian menunggu sampai umurnya 4 tahunan insyaAllah lebih nyaman diajak camping.

Opsi kedua kami adalah Alang-Alang Nature Camp. Lokasinya okey, semi camping, ada kolam renangnya juga dan prokesnya bagus. Tapi setelah dibandingkan dengan opsi ketiga, AANC ini kalah harga wkwkwk dasar emak perhitungan!



Opsi ketiga jatuh pada Camp Hulu Cai. Kalau opsi di atas tadi lokasinya ke arah puncak, destinasi ketiga ini tidak mengarah ke puncak. Jadi alhamdulillah tidak ada macet di jalan. Maklum di liburan akhir tahun 2020 ini pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan sidak rapid antigen. Belum lagi kemungkinan buka-tutup lalu lintas. Ini pertimbangan utama kami, mengingat membawa 4 krucils yang mood swing banget.

Kami bagi tugas dong, kangmas memastikan review di youtube sementara aku searching di instagram dan kontak pengelolanya. Akun instagramnya @camphulucai. Langsung cuss aja buat ceki-ceki.

Finally, ke camp hulu cai kami berlibur dengan segala pertimbangan yang alhamdulillah membuat kami betteroff. Alhamdulillah😎😍.

To be continued yaa...

Rabu, 02 Desember 2020

Senyum Atin

gambar diambil dari google.com/Senyum_Ibu


Selamat Rabu Menggebu para komandan Pejuang Literasi di seluruh dunia (jiah Tika mulai deh). Alhamdulillah nih, MA7 masih bisa menyusul maksimal hari ini. Ada seribu satu alasan atas keterlambatan ini. Namun beruntung masih menyisakan satu alasan sehingga Allah meridloi artikel pembuka ini aku tuliskan. Ya, aku memang baru menemukan "klik" siang ini. Semoga yang seingkat ini layak dilanjutkan sebagai karya cerpen. Aamiin. Lanjut tidak ya???

*** 
Pagi yang mendung, makin erat ia peluk tas yang seharusnya berfungsi sebagai tas punggung. Udara dingin menelusup melalui sela-sela resleting jaketnya yang tidak ia tarik penuh sampai leher. Sebagai abdi negara, Atin tak ingin mengkhianati kepercayaan rakyat yang telah menggajinya dengan pajak yang dikeluarkan mereka. Terdengar klasik ya, namun begitulah adanya. Atin, tahu benar bagaimana rasanya sebagai pejuang NIP. Oleh karena itu, saat kesempatan itu mendatanginya, ia tak ingin melalaikan amanah seorang abdi negara sipil.

Setelah sekitar 30 menit perjalanan, pintu bus transjawa itu terbuka. Seolah berkata, "Selamat berbakti, Atin! Hadapi hari ini dengan semangat!". Atin melangkah setelah menyerahkan uang pas kepada kondektur. Ternyata di lokasi kerjanya rintik hujan masih menetes. Allahumma shoyyiban nafi'an, lirihnya. Payung ungu pemberian si sulung dibukanya. Ia melangkah cepat meski jam tangannya masih menunjukkan pukul 6.45, pertanda ia belum terlambat.

Sampai di teras, Atin melambatkan langkahnya. Sembari menghilangkan sisa lumpur di sepatu, ia mengemas kembali payung yang rencananya akan dikeringkan di sebelah pantry. Atin kembali merogoh kantong bajunya. Selain alerginya yang membuat hidungnya meler akibat cuaca dingin, Atin menarik beberapa lembar tisu kering untuk mengelap sepatu pantofelnya juga. Walaupun usianya sudah separuh baya, Atin selalu menunjukkan sikap profesional dalam berpenampilan. Beberapa teman di kantor yang usianya terpaut 20 tahun di bawahnya saja sampai terheran-heran. Sebagian  bahkan mengatakan bahwa Atin pantas menjadi role model ASN profesional.

Alhamdulillah, sampai juga. Atin menjatuhkan badannya ke kursi putar. Ia ingat harus segera memberi kabar pada suami bahwa dirinya sudah sampai dengan selamat. 
[Pak, Ibu sudah sampai. Sedikit gerimis tapi aman semua.]

Tak lama kemudian, aplikasi hijaunya memberitahukan notifikasi.
[Syukurlah. Diminum air rendaman ketumbar-nya ya. Semoga sudah pas hangatnya. Tadi Bapak pakai air mendidih. Tak usah langsung buka laptop, berolahragalah sebentar di ruangan.]

Ah, suaminya itu manusia unik. Lelaki romantis yang sudah 31 tahun membersamainya dalam suka dan duka. Lelaki itu mungkin tidak bekerja alias pengangguran sejak 23 tahun yang lalu. Namun, Atin selalu merasakan cinta sang suami yang membuatnya selalu ikhlas berbakti. Romantis bagi Atin adalah saat mengantarkannya ke halte bus transjawa, lelakinya merelakan jas hujan demi si istri supaya tidak terkena air hujan. Romantis baginya adalah saat sepanjang malam suaminya tak tidur demi menanti dirinya kembali sehat. Maklum, Atin adalah survivor stroke. Jika pulang kantor terlalu sore, terkadang malam harinya Atin merasakan  berat pada tubuh sebelah kanan.

Oh iya, netizen budiman, jangan kau sebut suami Atin sebagai lelaki tidak bertanggung jawab. Asal kau tahu saja. Ada banyak hikmah pada setiap takdir Ilahi. Lika liku hidup telah mereka lalui berdua. Kini, mereka tengah menikmati kisah hari tuanya sesuai apa yang Tuhan inginkan, dengan hati bahagia, ikhlas, tanpa keluh kesah. Atin sudah terbiasa mengalami rollercoaster-life-cycle dalam hidupnya. Bahkan sejak ia masih kanak-kanak.

Maukah kau kuceritakan sedikit kisahnya? Atin, nenek 5 cucu yang selalu membawa senyum pada setiap orang yang berjumpa dengannya. Atin, sosok ibu yang kini terpisah jarak dengan anak cucunya. Namun, selalu ada tatapan optimis akan kehadiran mereka meski pandemi semakin mengganas.

*** 
Atin meloncat girang saat hasil ujian yang terpampang di papan pengumuman BKD (Badan Kepegawaian Daerah) menunjukkan bahwa ia lulus sebagai calon pegawai negeri sipil. Perjuangannya 7 kali ujian CPNS akhirnya membuahkan hasil. Saking senangnya, ia hampir saja menginjak kaki mungil gadis cilik di sebelahnya.
"Adek, Ibu akhirnya lulus Nak! Terimakasih ya atas doa-doa Adek juga Mbak. Kita pulang sekalian mampir membeli es kotak yuk!"
Senyum merekah di wajah putri bungsunya. Bagi keluarga kecil Atin, es krim adalah jajanan yang mewah. Tak apalah pikirnya, sebagai rasa syukur atas pencapaiannya. Ia juga berniat membuat nasi kuning untuk dibagikan pada sanak saudara dengan gaji pertamanya kelak.
Bukan hal mudah, menjalani multiperan dalam hidupnya. Atin sudah hampir 11 tahun menjadi honorer Tata Usaha di salah satu sekolah menengah di kotanya. Gajinya selama ini selalu tambal sulam dengan hutangnya jika ada hal yang tiba-tiba terjadi, entah itu anaknya sakit atau kebutuhan mendesak lainnya. Sedari pukul 3 pagi Atin menyiapkan keperluan keluarganya. Suaminya sigap membantu. Namun tetap saja, marwah lelaki di lingkungan keluarganya menyebut bahwa lelaki pantang ke dapur. Beruntung, suami Atin masih berkenan membantu menjemur pakaian dan memandikan si bungsu saat pagi hari.
Sebagai tulang punggung keluarga, Atin harus berangkat bekerja pagi-pagi sekali dengan diantar suami menggunakan sepeda ontel. Sebelum menunggu bus di perempatan jalan besar di dekat rumahnya, mereka mengantarkan si bungsu ke TK terlebih dahulu. Sementara putri sulungnya yang sudah kelas 2 SMP tinggal bersama mertuanya.

.... bersambung

#misiasik7

#kelasBatalyon2
#pejuangliterasi
#hessakartika

NHW Tahap Ulat: Pekan 6

Lalu kisah kami pun berlanjut... Hallow di Pekan 6 Tahap Ulat. Alhamdulillah semakin menuju ujung tahap ulat nih. Judul besarnya adalah maka...